Tuesday, November 27, 2018

Sendiri

Aku dilahirkan sendiri
Mati aku dalam keadaan sendiri
Aku akan dihadapkan dihadapan Allah Sendiri
Oleh yang demikian
Apa sahaja disekelilingku adalah TIDAK bererti bagiku
Kerana Aku bertanggung jawab atas apa yang AKU sendiri lakukan

Nukilan Rasa
Zuraini Zahari

Friday, September 21, 2018

Mimpi membaca ayat2 alquran

Ingatan untuk diri sendiri

Arti Mimpi Membaca Al Quran - Dalam mimpi, Al-Qur'an merupakan taman, karena ketika orang melihat sepertinya taman yang indah dan ayatnya adalah buah dari pengetahuan dan kebijaksanaan yang pembaca bisa memetik suatu pelajaran yang berharga. Belajar ayat Al-Qur'an, ucapan Nabi Allah (SAW), tradisi kenabian, dalam mimpi berarti kekayaan setelah kemiskinan, atau bimbingan setelah lemahnya kesadaran.

Jika seseorang melihat dirinya dalam mimpi membaca dari halaman Qur'an, itu menandakan kehormatan, perintah, kebahagiaan dan kemenangan. Membaca Al-Qur'an dengan hati dan tanpa membaca halaman-halaman Kitab suci dalam mimpi berarti membuktikan diri untuk menjadi kenyataan, atau menjadi orang saleh, yang menyuruh dengan kebaikan dan melarang kemungkaran.

Diceritakan sebuah ayat dari Al-Qur'an dalam mimpi, berarti ia harus memahaminya, menghafalnya dan mengamalkannya. Alquran dibacakan dalam mimpi mengandung arti sebuah saran, seseorang harus bertindak agar baginya untuk menuai manfaatnya. Jika seseorang mendengar ayat Al-Qur'an yang berisi peringatan, menjanjikan hukuman bagi orang-orang kafir, atau mengumumkan untuk dosa-dosa mereka, maka haruslah segera bertobat untuk dosa-dosanya.


Wednesday, September 12, 2018

La illaha illallah, mimpi lagi

Tanggal Isnin 10 Sep 2018

Aku bermimpi lagi. Kali ini aku berada dalam kumpulan orang yang berbaju putih yang sedang menghadiri satu majlis ilmu dan majlis ilmu itu aku sedang membaca ayat2 alquran dengan suara yang lantang. Aku membaca ayat-ayat alquran itu sangat lancar seperti aku telah mengahafalnya dan apabila sampai ke kalimah 'Laa ilaaha ill-Allaah wahdahu laa shareeka lah, lahu’l-mulk wa lahu’l-hamd yuhyi wa yumeet wa huwa ‘ala kulli shay’in qadeer' aku membacanya sebanyak 3 kali dan kali ketiga ketika aku membaca nya aku rasa teramat sedih dan sebak sehingga aku terjaga dari mimpi ku...

hanya Allah swt sahaja yang tahu apa makna mimpiku itu...


Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syarikalah, lahul-mulku wa lahul-hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa `alaa kulli syai'in qadiir.


"Tidak ada tuhan yang wajib disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nyalah segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji. Dialah yang menghidupkan dan memati¬kan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. "

Nukilan Rasa
Zuraini Zahari



Thursday, July 19, 2018

ANAK KUNCI MENGENAL ALLAH

ANAK KUNCI MENGENAL ALLAH
Dikutip dari Kitab Kimyatusy Sya’adah – Al Ghazali
Mengenal diri itu adalah “Anak Kunci” untuk Mengenal Allah. Hadis ada mengatakan :

MAN ‘ARAFA NAFSAHU FAQAD ‘ARAFA RABBAHU (Siapa yang kenal kenal dirinya akan Mengenal Allah)


Firman Allah Taala :




Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. 41:53)

Tidak ada hal yang melebihi diri sendiri. Jika anda tidak kenal diri sendiri, bagaimana anda hendak tahu hal-hal yang lain? Yang dimaksudkan dengan Mengenal Diri itu bukanlah mengenal bentuk lahir anda, tubuh, muka, kaki, tangan dan lain-lain anggota anda itu. karena mengenal semua hal itu tidak akan membawa kita mengenal Allah. Dan bukan pula mengenal perilaku dalam diri anda yaitu bila anda lapar anda makan, bila dahaga anda minum, bila marah anda memukul dan sebagainya. Jika anda bermaksud demikian, maka binatang itu sama juga dengan anda.

Yang dimaksudkan sebenarnya mengenal diri itu ialah:
Apakah yang ada dalam diri anda itu?
Dari mana anda datang?
Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bagian dan apakah sebenarnya derita?

Sebagian daripada sifat-sifat anda adalah bercorak kebinatangan. Sebagian pula bersifat Iblis dan sebagian pula bersifat Malaikat. Anda hendaklah tahu sifat yang mana perlu ada, dan yang tidak perlu. Jika anda tidak tahu, maka tidaklah anda tahu di mana letaknya kebahagiaan anda itu.

Kerja binatang ialah makan, tidur dan berkelahi. Jika anda hendak jadi binatang, buatlah itu saja. Iblis dan syaitan itu sibuk hendak menyesatkan manusia, pandai menipu dan berpura-pura. Kalau anda hendak menurut mereka itu, lakukan sebagaimana kerja-kerja mereka itu. Malaikat sibuk dengan memikir dan memandang Keindahan Ilahi. Mereka bebas dari sifat-sifat kebinatangan.

Jika anda ingin bersifat dengan sifat KeMalaikatan, maka berusahalah menuju asal anda itu agar dapat anda mengenali dan menuju pada Allah Yang Maha Tinggi dan bebas dari belenggu hawa nafsu. Sebaiknya hendaklah anda tahu kenapa anda dilengkapi dengan sifat-sifat kebintangan itu.

Adakah sifat-sifat kebinatangan itu akan menaklukkan anda atau adakah anda menakluki mereka?. Dan dalam perjalanan anda ke atas martabat yang tinggi itu, anda akan gunakan mereka sebagai tunggangan dan sebagai senjata.

Langkah pertama untuk mengenal diri ialah mengenal bahwa anda itu terdiri dari bentuk yang zhohir, yaitu tubuh ; dan hal yang batin yaitu hati atau Ruh . Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu bukanlah daging yang terletak dalam sebelah kiri tubuh.

Yang dimaksudkan dengan “HATI” itu ialah satu hal yang dapat menggunakan semua kekuatan, yang lain itu hanyalah sebagai alat dan kaki tangannya saja. Pada hakikat hati itu bukan termasuk dalam bidang Alam Nyata(Alam Ijsam) tetapi adalah termasuk dalam Alam Ghaib. Ia datang ke Alam Nyata ini ibarat pengembara yang melawat negeri asing untuk tujuan berniaga dan akhirnya kembali akan kembali juga ke negeri asalnya.

Mengenal hal seperti inilah dan sifat-sifat itulah yang menjadi “Anak Kunci” untuk mengenal Allah.

Sedikit ide tentang hakikat Hati atau Ruh ini bolehlah didapati dengan memejamkan mata dan melupakan segala hal yang lain kecuali diri sendiri. Dengan cara ini, dia akan dapat melihat tabiat atau keadaan “diri yang tidak terbatas itu”. Meninjau lebih dalam tentang Ruh itu adalah dilarang oleh hukum. Dalam Al-Quran ada diterang,





Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. (Bani Israil:85)

Demikianlah sepanjang yang diketahui tentang Ruh itu dan ia adalah mutiara yang tidak bisa dibagi-bagi atau dipecah-pecahkan dan ia termasuk dalam “Alam Amar/perintah”. Ia bukanlah tanpa permulaan. Ia ada permulaan dan diciptakan oleh Allah. Pengetahuan falsafah yang tepat mengenai Ruh ini bukanlah permulaan yang harus ada dalam perjalanan Agama, tetapi adalah hasil dari disiplin diri dan berpegang teguh dalam jalan itu, seperti tersebut di dalam Al-Quran :


Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-Ankabut:69)


Untuk menjalankan perjuangan Keruhanian ini, bagi upaya pengenalan kepada diri dan Tuhan, maka Tubuh itu bolehlah diibaratkan sebagai sebuah Kerajaan,

Ruh itu ibarat Raja.
Pelbagai indera (senses) dan daya (fakulti) itu ibarat satu pasukan tentara.
Aqal itu bisa diibaratkan sebagai Perdana Menteri.
Perasaan itu ibarat Pemungut pajak,
Perasaan itu terus ingin merampas dan merampok.Marah itu ibarat Pegawai Polisi,
Marah senantiasa cenderung kepada kekasaran dan kekerasan.

Perasaan dan marah ini perlu ditundukkan di bawah perintah Raja. Bukan dibunuh atau dimusnahkan karena mereka ada tugas yang perlu mereka jalankan, tetapi jika perasaan dan marah menguasai Aqal, maka tentulah Ruh akan hancur.

Ruh yang membiarkan kekuatan bawah menguasai kekuatan atas adalah ibarat orang orang yang menyerahkan malaikat kepada kekuasaan Anjing atau menyerahkan seorang Muslim ke tangan orang Kafir yang zalim. Orang yang menumbuh dan memelihara sifat-sifat iblis atau binatang atau Malaikat akan menghasilkan ciri-ciri atau watak yang sepadan dengannya yaitu iblis atau binatang atau Malaikat itu. Dan semua sifat-sifat atau ciri-ciri ini akan nampak dengan bentuk-bentuk yang jelas di Hari Pengadilan.

Orang yang menurut hawa nafsu nampak seperti babi,
Orang yang garang dan ganas seperti anjing dan serigala,
Orang yang suci seperti Malaikat.

Tujuan disiplin akhlak (moral) ialah untuk membersihkan Hati dari karat-karat hawa nafsu dan amarah, sehingga ia jadi seperti cermin yang bersih yang akan memantulkan Cahaya Allah Subhanahuwa Taala.

Mungkin ada orang bertanya,

“Jika seorang itu telah dijadikan dengan mempunyai sifat-sifat binatang, Iblis dan juga Malaikat, bagaimanakah kita hendak tahu yang sifat-sifat Malaikat itu adalah sifatnya yang hakiki dan yang lain-lain itu hanya sementara dan bukan sengaja?”

Jawabannya ialah mutiara atau inti sesuatu makhluk itu ialah dalam sifat-sifat yang paling tinggi yang ada padanya dan khusus baginya. Misalnya keledai dan kuda adalah dua jenis binatang pembawa barang-barang, tetapi kuda itu dianggap lebih tinggi darjatnya dari keledai karena kuda itu digunakan untuk peperangan. Jika ia tidak boleh digunakan dalam peperangan, maka turunlah ke bawah derajatnya kepada derajat binatang pembawa barang-barang. saja.

Begitu juga dengan manusia; daya yang paling tinggi padanya ialah ia bisa berfikir yaitu Aqal. Dengan pikiran itu dia bisa memikirkan hal-hal Ketuhanan. Jika daya berfikir ini yang meliputi dirinya, maka bila ia mati (bercerai nyawa dari tubuh) , ia akan meninggalkan di belakang semua kecenderungan pada hawa nafsu dan marah, dan layak duduk bersama dengan Malaikat. Jika berkenaan dengan sifat-sifat Kebinatangan, maka manusia itu lebih rendah tarafnya dari binatang, tetapi Aqal menjadikan manusia itu lebih tinggi tarafnya, karena Al-Quran ada menerangkan bahwa,



Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan) mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan. (Luqman:20)


Jika sifat-sifat yang rendah itu menguasai manusia, maka setelah mati, ia akan memandang terhadap keduniaan dan merindukan keindahan di dunia saja.

Ruh manusia yang berakal itu penuh dengan kekuasaan dan pengetahuan yang sangat menakjubkan. Dengan Ruh Yang Berakal itu manusia dapat menguasai segala cabang ilmu dan Sains. Dapat mengembara dari bumi ke langit dan balik semula ke bumi dalam sekejap mata. Dapat memetakan langit dan mengukur jarak antara bintang-bintang.Dengan Ruh itu juga manusia dapat menangkap ikan ikan dari laut dan burung-burung dari udara.Menundukkan binatang-binatang untuk tunduk kepadanya seperti gajah, unta dan kuda.

Lima indera (pancaindera) manusia itu adalah ibarat lima buah pintu terbuka menghadap ke Alam Nyata (Alam Syahadah) ini.

Lebih ajaib dari itu lagi ialah Hati. Hatinya itu adalah sebuah pintu yang terbuka menghadap ke Alam Arwah (Ruh-ruh) yang ghaib.

Dalam keadaan tidur, apabila pintu-pintu dunia tertutup, pintu Hati ini terbuka dan manusia menerima berita atau kesan-kesan dari Alam Ghaib dan kadang-kadang membayangkan hal-hal yang akan datang. Maka hatinya adalah ibarat cermin yang memantulkan (bayangan) apa yang tergambar di Luh Mahfuz. Tetapi meskipun dalam tidur, pikiran tentang hal-hal keduniaan akan menggelapkan cermin ini. maka gambaran yang diterimanya tidaklah terang. Setelah lepasnya nyawa dengan tubuh (mati), Pikiran-pikiran tersebut hilang sirna dan segala sesuatu terlihatlah dalam keadaan yang sebenarnya.


Firman Allah dalam Al-Quran :


Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam. (Qaaf:22).


Wednesday, February 21, 2018

Surah Fussilat Ayat 30

Adapun tanda yang hanya diketahui oleh seseorang yang hendak meninggal adalah adanya ‘bisyarah’ atau kabar gembira dari Allah bahwa dia telah mendapat keridhaan Allah dan berhak mendapat kemuliaan dari-Nya sebagai bentuk keutamaan yang diberikan Allah kepadanya. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman;


إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushshilat:30).

Tuesday, February 20, 2018

Kata-kata indah untuk dimengertikan..

Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat,
Rupanya dia menutup kekurangannya tanpa perlu berkeluh kesah.


Aku melihat hidup teman-temanku tak ada duka dan kepedihan,
Rupanya dia pandai menutup dukanya dengan bersyukur dan redha.


Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,
Rupanya dia begitu menikmati badai hujan dlm kehidupannya.


Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna,
Rupanya dia berbahagia dengan apa yang dia ada.

Aku melihat hidup jiran tetanggaku sangat beruntung,
Ternyata dia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung.


Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui..
Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmat Allah..
Bahawa di satu sudut dunia lain masih ada yang belum beruntung memiliki apa yang aku ada saat ini.


Dan satu hal yang aku ketahui, bahawa Allah tak pernah mengurangkan ketetapan-Nya.
Hanya akulah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan takdir Ilahi.
Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain.
Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku.
Tapi rezekiku tahu dimana diriku berada.


Dari lautan biru, bumi dan gunung,
Allah telah memerintahkannya menuju kepadaku.
Allah menjamin rezekiku, sejak aku dalam kandungan ibuku lagi.

Amatlah keliru bila bertawakkal rezeki dimaknai dari hasil bekerja.
Kerana bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya..
Melalaikan kebenaran dan gelisah dengan apa yang dijamin-Nya,
adalah kekeliruan berganda..


Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati.
Mereka lupa bahawa hakikat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya.


Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita,
Allah menaruh sekehendak-Nya.
Ikhtiar itu perbuatan.
Rezeki itu kejutan.


Dan yang tidak boleh dilupakan,
setiap hakikat rezeki akan ditanya kelak,
“Dari mana dan digunakan untuk apa”


Kerana rezeki hanyalah “hak pakai”, bukan “hak milik”…
Halalnya dihisab dan haramnya diazab.
Maka, aku tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain.

Alhamdullillah dengan apa yang aku ada,

Terima Kasih Ya Allah
walaupun kadangkala aku persoalkan KetentuanMu


Allahu .

Hanya padaMU aku berserah

Ya Allah,

Aku tidak meminta apa2 untuk DIRIKU
tapi aku menerima semua yang aku PERLUKAN

Hanya padaMU
Aku berserah.

Nukilan rasa
Zuraini Zahari
20022018